Arsitektur tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang yang mewadahi kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun menurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu hingga sekarang. Arsitektur Bali adalah gaya arsitektur vernacular yang didesain menggunakan bahan-bahan lokal untuk membangun bangunan, struktur, dan rumah-rumah, serta mencerminkan tradisi lokal.
Arsitektur Bali sangat dipengaruhi oleh tradisi Hindu Bali, serta unsur Jawa kuno. Bahan yang biasa digunakan di rumah-rumah dan bangunan Bali antara lain atap jerami, kayu kelapa, bambu, kayu jati, batu, dan batu bata. Arsitektur Bali memiliki karakteristik menggunakan budaya kuno dan kesenian di setiap elemen desain.
Cara peribadatan masyarakat Bali (Sumber: matthewwilliamsellis.photoshelter.com)
Masyarakat Bali sangat percaya bahwa dirinya hidup di dunia membawa misi hidup untuk membuat kebaikan di bumi, dan bila kebaikannya diterima oleh Sang Hyang Widi maka dirinya dapat menyatu dengan alam semesta dan meninggalkan dunia yang fana untuk moksa menuju nirwana, kemudian bersatu dengan dewanya untuk selamanya. Itulah yang disebut sebagai dharma.
Namun, bila masyarakat Bali membuat suatu kesalahan, ketika mati dia akan melakukan reinkarnasi untuk membersihkan dosanya kembali sampai kemudian diterima oleh Tuhannya. Inilah konsep kosmologi Bali yang juga dianut dalam arsitektur Bali. Hal inilah yang mendasarkan arsitektur Bali pada harmoni dan keselarasan kehidupan.
Tari Kecak, tarian tradisional Bali (Sumber: www.luxuryaccommodationsblog.com)
Arsitektur tradisional Bali tidak terlepas dari keberadaan manuskrip Hindu bernama “Lontar Asta Kosala Kosali” yang memuat tentang aturan-aturan pembuatan rumah atau puri dan aturan tempat pembuatan ibadah atau pura. Dalam Asta Kosala Kosali disebutkan bahwa aturan-aturan pembuatan sebuah rumah harus mengikuti aturan-aturan anatomi tubuh pemilik rumah dengan dibantu sang undagi sebagai pedande atau orang suci yang mempunyai wewenang membantu pembangunan rumah atau pura.
Pura Penataran Agung Lempuyang (Sumber: tumblr.com)
Filosofi dari desain arsitektur Bali berpusat pada agama Hindu, organisasi ruang, dan hubungan sosial yang bersifat komunal. Sebuah rumah atau villa di Bali dibangun dan dirancang dengan 7 filosofi berikut:
Tri Hata Karana - Menciptakan harmoni dan keseimbangan antara 3 unsur kehidupan - atma atau manusia, angga atau alam, dan khaya atau dewa-dewa.
Tri Mandala - aturan pembagian ruang dan zonasi
Sanga Mandala - seperangkat aturan pembagian ruang dan zonasi berdasarkan arah
Tri Angga - konsep atau hierarki antara alam yang berbeda
Tri Loka - mirip dengan Tri Angga tetapi dengan alam yang berbeda
Asta Kosala Kosali - 8 pedoman desain arsitektur tentang simbol, kuil, tahapan, dan satuan pengukuran
Arga Segara - axis suci antara gunung dan laut
Kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.kashgar.com.au)
Berdasarkan filosofi tersebut, arsitektur Bali berfokus pada 4 aspek, yaitu:
Sistem ventilasi yang baik. Pada rumah Bali ataupun villa, jendela besar selalu digunakan untuk sirkulasi udara dan sering dibuat pula ruang di antara atap dan dinding bangunan.
Fondasi yang kokoh. Berdasarkan pada filosofi Tri Loka, tubuh manusia mirip dengan rumah, maka dibuatlah fondasi dengan dasar yang kuat, seperti kaki bagi manusia, fondasi yang kuat pada sebuah rumah akan memberikan kekuatan.
Sebuah halaman besar. Berdasarkan konsep yang selaras dengan alam, rumah khas Bali harus memiliki halaman yang luas untuk berkomunikasi dengan alam sekitarnya.
Tembok penjaga. Tembok tinggi yang melindungi rumah dari pandangan orang luar, memberikan privasi dan perlindungan dari orang lain, serta untuk menangkal ilmu hitam dan roh-roh jahat agar tidak masuk ke dalam rumah.
Bali memiliki suatu ciri khas yang berbeda dan kuat. Arsitektur Bali sangat digemari dimana-mana, hingga ke mancanegara. Walaupun pada beberapa bagian masih terdapat unsur-unsur Hindu Jawa Kuno, Bali tetap memiliki ciri khasnya tersendiri. Berikut adalah unsur-unsur yang menjadi ciri khas arsitektur Bali:
Pura Besakih (Sumber: rumah.mylandsshore.com)
Adanya pura atau kuil umat Hindu. Masuknya agama Hindu di pulau Bali memberikan dampak yang cukup signifikan, terutama pada gaya arsitekturnya. Arsitektur Bali secara umum didominasi oleh pengaruh Hindu sejak kedatangan Majapahit ke pulau ini pada abad 15. Kedatangan Majapahit ini juga meninggalkan kebudayaan berupa teknik pahatan pada batu yang kemudian difungsikan sebagai patung atau Pura. Seiring dengan perkembangan zaman, kehadiran patung dan pura kecil begitu melekat dan identik dengan gaya arsitektur Bali.
Pura Taman Ayun (Sumber: expedia.com.au)
Pada agama Hindu sendiri terdapat konsep Tri loka, yakni pemisahan eksistensi antara alam para Dewa, alam manusia, dan alam iblis atau roh jahat. Konsep ini kemudian direfleksikan dari bentuk pura Bali dan menjadikan pura ini sedikit berbeda dengan pura yang ada di India, negara asal agama Hindu. Mayoritas pura di Bali didesain dengan 3 tingkatan, dimana tingkat tertinggi merepresentasikan tingkat kesakralan dan pemujaan untuk Dewa-Dewa atau Sang Hyang Widi.
Pura Luhur Batukaru (Sumber: bali.panduanwisata.id)
Adanya pengaruh dari kepercayaan Polytheisme. Polytheisme atau pemujaan kepada banyak dewa merupakan kebudayaan awal yang eksis di pulau Bali sebelum kedatangan Hindu ke pulau tersebut. Maka dari itu, di beberapa gaya arsitekturnya masih dapat kita temui unsur-unsur kebudayaan ini. Orang-orang Bali kerap membangun pura atau rumah mereka dengan konsep terbuka, terutama untuk hal-hal yang bersifat peribadatan atau pemujaan kepada dewa-dewa. Bahkan, kita sering melihat dalam satu kompleks pura terdapat lebih dari satu pura di mana masing-masing pura digunakan untuk memuja Dewa yang berbeda.
Suasana di kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.gusdehousevilla.com)
Untuk bangunan-bangunan yang tidak didesain untuk kegiatan pemujaan, bangunan tersebut kebanyakan dibuat dari bambu dan material lain yang kental akan nuansa alaminya, seperti batuan-batuan alam. Hal ini juga dapat dilatar belakangi oleh budaya mereka yang mengharuskan membangun pura lebih bagus daripada rumah mereka sendiri.
Pura Besakih (Sumber: www.youtube.com)
Orientasi kepada hal sakral. Gaya arsitektur Bali yang asli tidak dibuat dengan sembarangan, melainkan dengan konsep dan perhitungan yang matang dan merepresentasikan kesakralan. Tidak hanya pada bangunan pura atau rumah pribadi, bangunan-bangunan kecil lainnya juga didesain dengan mempertimbangkan konsep ini.
Peta kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: nurvata.wordpress.com)
Struktur rumah tradisional yang kompleks. Rumah-rumah di Bali cenderung memiliki struktur yang kompleks namun tertata rapi. Rumah-rumah berasitektur tradisional Bali tidak hanya terdiri atas satu unit stuktur, tapi memiliki sekumpulan bangunan-bangunan. Tiap bangunan dihuni satu kepala keluarga. Biasanya, mereka yang tinggal di kompleks ini merupakan keluarga besar dan berasal dari keturunan yang sama. Di sekeliling kompleks bangunan ini dibangun tembok yang tidak terlalu tinggi, namun cukup memisahkannya dengan dunia luar.
Peta kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.crazylittlefamilyadventure.com)
Pada kompleks bangunan ini terdapat satu pura untuk sembahyang, dapur yang digunakan untuk bersama, area untuk tidur, serta area untuk pertemuan penting atau perjamuan. Untuk tujuan itu, biasanya pada kompleks bangunan dibangun 2 macam paviliun, yaitu paviliun untuk menerima tamu serta paviliun khusus untuk upacara adat dan ritual keagamaan.
Suasana di kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.gusdehousevilla.com)
Mirip seperti rumah-rumah tradisional di pulau Jawa, rumah khas Bali dibangun di dalam kompleks yang dikelilingi oleh dinding lumpur bercat putih atau batu bata, bergantung pada kekayaan dari pemilik rumah. Kompleks rumah tradisional Bali didominasi oleh paviliun (bale) yang mengelilingi halaman tengah (natah). Elemen arsitektur lainnya yang ada dalam kompleks rumah ditata sesuai dengan konsep kesakralan yang ada di Bali dan mata angin.
Pura dalam kompleks rumah (Sumber: commons.wikimedia.org)
Kuil keluarga merupakan area yang paling suci dari keseluruhan kompleks rumah, dan terletak di Timur Laut (Kaja-Kangin) yang diidentifikasikan sebagai kepala dari kompleks rumah. Kuil keluarga ini selalu dikurung di dalam tempat suci (Pamerajan). Kuil yang paling penting adalah Kamulan Sanggah, sebuah kuil yang berisi tiga kompartemen yang didedikasikan untuk trimurti Hindu Brahma, Wisnu dan Siwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar